
"Kita masih tinggal di huntara karena rumah yang dijanjikan oleh pemerintah sampai saat ini masih dalam tahap pembangunan yang dibangun secara bertahap," kata Mustaqim, warga Dusun Kekait Thaibah, Jumat (16/8).
Sebagian besar proses pembangunan masih sekitar 25 persen, bahkan ada yang baru atapnya atau kerangka saja.
Sementara itu, Suhaimi warga Dusun Dopang Tengah mengatakan sekitar 10 persen warga masih tinggal di huntara disebabkan pembangunan rumah tahan gempa belum selesai.
"Alhamdulillah pembangunan rumah tahan gempa di sini sudah mencapai 90 persen, sementara yang 10 persennya akan dibangun dalam waktu dekat, sebagian besar warga sudah menempati rumahnya kembali," lanjutnya.
Hal senada dikatakan Harun Nurrasyid, Kepala Desa Dopang, pembangunan rumah tahan gempa di Desa Dopang sudah hampir merata sedangkan sisanya masuk dalam pembangunan tahap kedua.
"Dari total 1.268 rumah yang rusak, alhamdulillah kami sudah menyelesaikan pembangunan rumah tahan gempa sebanyak seribu rumah dan semuanya sudah ditempati oleh warga. Sisanya sebanyak 268 rumah akan dibangun dalam pembangunan tahap kedua dan ketiga yang dimulai dalam waktu dekat, sekitar awal bulan september mendatang," katanya.
Ia menambahkan efek dari bencana masih terasa oleh warga dengan adanya krisis air bersih yang melanda desanya, disebabkan oleh rusaknya sumur-sumur dan sudah masuknya musim kemarau.
"Di sini kami masih sangat kekurangan air bersih yang disebabkan oleh rusaknya sumur-sumur warga akibat gempa, yang mengakibatkan kami harus menunggu pasokan air dari tangki air PMI dan petugas keamanan yang datang secara bergantian setiap pagi dan sore," bebernya.