
Informasi hotspot diperoleh merdeka.com, berdasarkan pengolahan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) hingga Minggu (11/8) pukul 18.00 WIB, ada 1.054 hotspot di Kalimantan Barat.
Terbanyak, berada di Kabupaten Sanggau berjumlah 308 hotspot, disusul Kabupaten Kapuas Hulu tercatat 171 hotspot. Namun demikian, hingga siang ini per pukul 12.17 WIB, tidak berubah banyak. Pantauan satelit masih mencatat ada 1.002 hotspot di Kalimantan Barat.
Tingginya angka hotspot yang sebagian besar merupakan titik Karhutla, berimbas pada kabut asap yang menyelimuti hingga Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat.
"Kebakaran lahan umumnya gambut, dan hutan di Kalbar ini, sudah mulai dari pertengahan Juli kemarin. Sampai sekarang, masih terjadi Karhutla," kata Ardiyanto (40), warga Pontianak.
Ardiyanto mengatakan, kabut asap tebal, sepekan ini sering terjadi pada pagi dan malam hari. "Bukan cuma asap, tapi ada partikel-partikel arang seperti bekas daun dan ranting terbakar. Bikin hidung dan mata perih," ujar Ardiyanto.
"Kalau siang memang berkurang kabut asapnya, mungkin karena angin kencang kemarau ya. Itu dia, kenapa ya setiap tahun Karhutla di Kalbar ini selalu terulang? Seperti tidak ada penanganan komprehensif, dan tegas," tambah Ardiyanto.
Kondisi serupa terjadi di Kalimantan Tengah. Masih dari data olahan LAPAN per pukul 12.27 WIB, tercatat ada 151 hotspot. Imbasnya, kabut asap juga menyelimuti kota Palangka Raya.
"Udara sudah enggak sehat. Memang, saya dan juga warga lainnya lebih memilih di dalam rumah. Di dalam kamar tidur misalnya, meski kita pakai AC, itu pun masih ada asap masuk dalam kamar. Sampai siang ini pun, asap masih pekat," kata Arul, warga Pahandut, Palangka Raya.