
Pelajar SMK NU Ma'arif Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengembangkan mobil listrik sebagai salah satu bentuk pembelajaran di sekolah, dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0. Hal ini sekaligus merespons komitmen pemerintah yang mendorong pengembangan industri mobil listrik dalam negeri.
"Kami ingin menyiapkan siswa didik di SMK NU Ma'arif siap menghadapi era revolusi industri, salah satunya terkait keinginan pemerintah mewujudkan kendaraan bertenaga listrik yang lebih ramah lingkungan," kata Kepala Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) SMK NU Ma'arif, Masrukin di Kudus, Selasa (15/10).
Harapannya ketika menghadapi tahun 2020 bertepatan dengan semakin banyaknya kendaraan listrik, lulusan SMK NU Ma'arif Kudus sudah siap diserap pasar, terutama yang membutuhkan lulusan yang menguasai kendaraan listrik.
Dia mengungkapkan proyek mobil listrik ini juga sebagai tindak lanjut amanat dari Direktorat Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran sekolah dengan model STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).
Dalam membuat mobil listrik, katanya, pihaknya melibatkan guru dan pelajar dari berbagai jurusan, mulai dari guru matematika, fisika, kimia, dan teknik gabar desain karena model STEM memang melibatkan banyak pihak.
"Kami melibatkan kelas industri, mekanikel, serta elektrikel secara bergiliran yang dibagi per kelompok untuk menyelesaikan proyek pengembangan mobil listrik tersebut," ujarnya.
Karena masih dalam tahap riset, mobil yang sudah bisa dioperasikan tersebut masih menggunakan baterai basah dan belum menggunakan baterai kering yang tetap bisa diisi ketika energi listriknya benar-benar habis.
Mobil listrik yang dirancang tersebut dipersenjatai dengan motor listrik bertenaga 75 tenaga kuda.
"Untuk sementara kecepatan mobil listrik yang menggunakan bodi mobil hatchback keluaran Eropa tersebut, hanya berkisar 60 kilometer per jam. Namun masih bisa ditingkatkan hingga kecepatan 100 kilometer per jam," ujarnya.
Dia juga tengah merancang mobil tersebut dengan kapasitas baterai yang terpasang nantinya bisa menempuh jarak sekitar 200 kilometer.
Selain membuat mobil listrik, SMK NU Ma'arif Kudus juga akan membuat charging untuk mobil listrik, agar bateranya lebih tahan lama dan awet sehingga daya listriknya tetap stabil.
"Untuk merealisaiskannya, tentu berkolaborasi juga dengan berbagai disiplin ilmu," ujarnya.
Selanjutnya, pihak sekolah akan membuat beberapa unit mobil listrik, guna kepentingan mobilisasi sekolahnya serta tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat sekitar.
Terkait biaya perakitan mobil listrik, diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp 60-an juta dengan pemanfaatan baterai kering, sedangkan menggunakan baterai jenis lithium bisa mencapai Rp 100 juta.
"Jangka panjang juga akan dilengkapi panel solar cell di atas mobil untuk memenuhi sebagian pengisian baterai," ujarnya.
Untuk memodifikasi mobil berbahan bakar bensin menjadi mobil listrik, dibutuhkan waktu satu bulan, sedangkan untuk risetnya membutuhkan waktu hingga beberapa bulan.