816Agent
816WIN

Selasa, 03 Desember 2019

Terima Telepon di Bawah Pohon, Pemuda di NTT Tewas Tersambar Petir

Terima Telepon di Bawah Pohon, Pemuda di NTT Tewas Tersambar Petir

Dona Riki Nenoliu (22), pemuda asal Oenoni, Desa Mio, Amanuban Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur tewas tersambar petir, Selasa (2/12). Petir menyambar ketika korban sedang menelepon menggunakan handphonenya.
Kronologi kejadian itu bermula saat korban bersama ibu kandungnya, Sarci Tanu dan kedua adiknya, yakni Antoinius Nenoliu dan Lianse Lassa pulang menjenguk saudara mereka yang dirawat di Puskesmas Panite.
Di tengah perjalanan, hujan turun. Mereka menghentikan laju motor dan berteduh di sebuah teras rumah. Korban kemudian menerima telepon dari seseorang. Korban berjalan keluar teras ke pohon asam yang tak jauh dari rumah itu.
Tak berselang lama, petir menggelegar menyambar pohon tempat korban menerima telepon. Seketika, korban tersungkur ke tanah. Melihat kejadian itu, sang ibu langsung keluar dari teras dan memeluk korban yang sudah tak bernyawa di tengah hujan lebat.
Kapolres Timor Tengah Selatan melalui Kasat Reskrim Iptu Jamari mengatakan pihaknya bergerak cepat ke tempat kejadian perkara dan berkoordinasi dengan Puskesmas Panite untuk mengevakuasi korban.
"Pada pukul 14.00 WITA, tim medis dari Puskesmas Panite dan perawat tiba di lokasi dan langsung melakukan pemeriksaaan serta visum terhadap jenazah korban," ujar Jamari saat dikonfirmasi, Senin (2/12).

Keluarga Menolak Autopsi

Menurutnya, celana jins yang digunakan korban robek di bagian kiri dan pangkal paha kanan terbakar akibat tersambar petir.
"Pada bagian dada kiri dan kanan korban terdapat lebam bergaris-garis, paha kiri dan kanan terdapat luka bakar, terdapat juga lebam di punggung korban," jelas Jamari.
Setelah dilakukan tindakan medis, jenazah korban langsung diserahkan kepada keluarga untuk disemayamkan. Pihak keluarga menolak untuk dilakukan autopsi terhadap korban dengan membuat surat pernyataan.
"Kami keluarga dengan segenap hati menerima kematian anak kami, sebagai ajalnya dan menolak untuk dilakukan tindakan autopsi terhadap anak kami," ungkap ayah kandung korban, Mikael Nenoliu.