
Letak tebing tersebut tidak jauh dari kawasan Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali. Saat mendatangi TKP, tebing tersebut diperkirakan tinggi 100 meter dan reruntuhan batu besar masih bertumpuk hingga ke tepi pantai.
Salah satu saksi, yakni Nyoman Iyasana yang merupakan salah satu anggota Kelompok Nelayan Segara Kidul, Pantai Melasti menceritakan, pada saat gempa dari kejauhan mendengar gemuruh longsor dan batu berjatuhan.
"Iya saya melihat, jatuh diselimuti debu kayak kabut. Batunya pecah. Masih sepi belum ada orang. Waktu gempa, air laut masih pasang. Kira-kira pas air surut baru banyak orang datang," kata Iyasana saat ditemui di Pantai Melasti, Selasa (16/7).
"Alat beratnya (Ekskavator) tertimbun satu, tapi tidak orang pada saat itu. Di sana itu ada rencana pembangunan," tambah Iyasana.
Hal senada juga disampaikan oleh Wayan Ledra yang juga salah satu anggota Kelompok Nelayan Segara Kidul, Pantai Melasti. Ia menuturkan, pada saat kejadian tidak ada wisatawan disana. Karena jalan kesana memang ditutup.
Selain itu, waktu kejadian memang pagi sehingga masih sepi. Menurutnya disekitar tebing tersebut ada tanah yang dimiliki investor dan masih proses proyek pembangunan.
"Disana tanah pribadi. Dia masih (kawasan) Ungasan. Kawasan itu juga jarang di datangi wisatawan. Yang longsor (dari) atas punya pribadi orang. Iya masih proyek. Itu jalan memang ditutup kalau tidak ada orang yang kerja," ujar Ledra.