
Uang sebesar Rp20.000 itu, justru menjadi modal awalnya untuk pergi berhaji. Kok bisa? Ya, Tipah memang hanya bermodal Rp20.000 saja untuk naik haji. Namun, uang sebesar Rp20.000 itu, ditabungnya setiap hari.
Ya, tekad Tipah dan sang suami memang cukup menggebu untuk bisa menunaikan ibadah haji. Meski ia hanya berpenghasilan dari berdagang nasi untuk anak-anak sekolah dan sang suami memulung kardus bekas, namun mereka mampu menyisihkan uang Rp20.000 setiap harinya.
"Pokoknya waktu itu berpikirnya cuma harus bisa menyisihkan uang Rp20.000 saja. Bagaimana pun caranya," ujarnya, Jumat (12/7).
Ia mengaku, ketika terkumpul uang sebesar Rp5 juta, ia pun memberanikan diri untuk mendaftar haji dengan masa penantian 9 tahun.
Meski masa penantian cukup lama, ia mengaku tidak mempermasalahkannya. Sebab, sepanjang perjalanan waktu, ia harus menabung agar dapat melunasi biaya haji tepat waktu. "Ya kita berikhtiar, kalau ada niat pasti ada jalan," tambahnya.
Perjalanan untuk bisa berhaji Tipah bukannya tanpa halangan. Sebab, disaat keduanya bersemangat mengumpulkan dana dari hasil keringat, tiba-tiba ia ditinggalkan sang suami untuk selama-lamanya.
Suami Tipah, dipanggil sang Khalik pada 2018 lalu. Meski demikian, hal itu ternyata tak menyurutkan langkah Tipah untuk tetap menunaikan ibadah haji, meski ia harus berangkat sendiri saja.
"Memang sudah diniati sejak awal untuk ibadah haji, ya tetap harus berangkat. Nyari sangu untuk bekal akhirat nanti," katanya.