816Agent
816WIN

Kamis, 28 Februari 2019

Cerita Haru di Balik Ayah Gantikan Proses Wisuda Putrinya Meninggal Terserang Typus

Cerita Haru di Balik Ayah Gantikan Proses Wisuda Putrinya Meninggal Terserang TypusHari Rabu (28/2) kemarin harusnya begitu membahagiakan untuk Rina Muharrami. Di hari itu, mahasiswi program Studi (Prodi) Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, bersama ratusan teman-temannya lainnya menjalani prosesi wisuda.


Namun takdir berkata lain. Tiga belas hari jelang wisuda, Rina meninggal dunia. Senyum semringah dengan toga tak sempat diabadikan.
Dikutip dari situs uin.ar-raniry.ac.id, Kamis (28/2), wisuda kemarin adalah gelombang kedua diadakan pihak kampus. Suasana gedung tempat digelarnya wisuda dipenuhi wajah-wajah bahagia para mahasiswa.
Satu persatu nama dipanggil pembawa acara agar naik ke atas panggung. Sampai tibalah giliran Rina. Dari ruang tunggu, seorang pria paruh baya muncul. Mengenakan kemeja abu-abu dipadu celana dan peci hitam.
Dia adalah Bukhari, ayah Rina. Dengan tegar dan berbesar hati melangkahkan kaki ke hadapan rektor dan dekan. Kedua tangannya menerima ijazah Rina, tanda keberhasilan putrinya menjadi seorang sarjana.
Satu bulan lalu, Rina baru saja menyelesaikan sidang skripsinya pada 24 Januari. Sejak itu pula, kesehatan Rina beberapa kali terganggu. Bermula dari demam hingga divonis mengidap tifus dan telah menyerang bagian saraf.
"Meninggal karena sakit tifus, cuma sudah parah. Kata dokter pas malam terakhir, atau pas besoknya dia meninggal, saya jenguk dan saya tanya hasil pemeriksaannya sama ayah almarhumah. Ternyata tifus sudah tahap paling tinggi, sampai kena saraf," kata Nisaul Khaira, sahabat dekat almarhumah sejak semester lima.
Sakit itu sudah dirasakan sejak sebulan lalu. Bahkan Rina sempat koma dan dirawat di ICU Rumah Sakit Meuraxa, Kabupaten Aceh Besar.
"Sebenarnya demamnya sudah sebulan gitu, naik turun sudah berobat ke mana-mana. Cuma mulai drop lebih kurang 4 hari dan koma di ICU Meuraxa sampai dia meninggal," katanya.
Rina meninggal dunia pada 5 Februari lalu jelang subuh pukul 04.15 Wib. "Allah lebih sayang Rina," ucapnya lirih.
Rina adalah putri pertama dari Bukhari dan Nurbayani. 16 Mei mendatang, usianya genap 23 tahun.
Rina mahasiswa berprestasi, IPK 3,51
Di mata teman-temannya, Rina pribadi yang baik dan berprestasi. Dia juga mahir berbahasa Jepang. Selama kuliah, dia menerima beasiswa Bidikmisi. Ketekunannya belajar membuat Rina mendapat indeks prestasi komulatif 3.51.
"Anaknya aktif, baik, pintar. Bahasa Jepang nya juga bagus," kata Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Muzakir.
Sebelum meninggal dunia, almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda pada semester ini.
"Seluruhnya sudah diselesaikan, namun sebelum yudisium, Rina sudah duluan dipanggil oleh Allah, sehingga dia tidak sempat mengikuti proses yudisium," ujarnya.
Pihak prodi kemudian berinisiatif mengundang ayah Rina untuk tetap hadir pada saat hari wisuda.
"Kami menyematkan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina, dan juga terhadap perjuangan Rina sendiri, dan tepat hari ini, ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," jelasnya