816Agent
816WIN

Selasa, 26 Februari 2019

Ciri-ciri Ayah Milenial saat Punya Bayi, Nomor 4 Patut Diacungi Jempol

Ilustrasi ayah dan anak.Belakangan isu soal generasi milenial banyak mencuat di berbagai topik, dari digital, politik, kesehatan hingga parenting. Generasi yang lahir pada tahun 1980 hingga 2000-an ini umumnya melek teknologi digital dan internet. Hal itu membuat generasi ini berpikiran terbuka dengan pengetahuan lebih luas karena mudah mengakses informasi.


Dalam dunia parenting, milenial yang berusia 30-an saat menjadi ayah juga punya karekteristik yang unik. Biasanya para ayah milenial ini melakukan peran mereka bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga, tapi juga mereka merasa wajib mendampingi pasangan, bahkan mengasuh anak. 

Lalu seperti apa sih karakter ayah milenial yang dimaksud. dan apakah Anda salah satunya? Dilansir laman Parentalk.id, berikut fakta-faktanya.
Menurut riset dari Baby Center, 88 persen ayah milenial merasa perlu menjadi sosok ayah yang sempurna. Mereka mengusahakannya dengan banyak belajar dan memiliki quality time bersama anak. Jadi, ayah bisa lebih berperan dalam mengasuh si kecil.
Tapi para ayah mengaku hal ini agak menantang. Apalagi mereka harus mengusahakan work life balance. Di satu sisi, mereka ingin berlama-lama bersama anak. Di sisi lain, mereka juga harus kerja keras demi mendapat pemasukan keluarga.
Ayah milenial tak segan mengedukasi dirinya. Dalam Think with Google disebutkan, 7 dari 10 ayah milenial mencari info parenting lewat gadget saat mereka sedang senggang. Entah itu dengan cara googling, via media sosial atau melihat video di YouTubeItems yang dicari ayah biasanya seputar kehidupan sehari-hari bersama bayi.
Seperti kenapa bayi menangis, bagaimana cara membuat bayi tertawa, tempat yang kids friendly atau membuka e-commerce untuk membeli kebutuhan bayi. Selain tambah pintar soal parenting, hal ini juga dilakukan ayah agar bisa membantu pasangannya dalam mengasuh anak.
Survei dari Baby Center menunjukkan, 87 persen ayah milenial mau menghabiskan waktu bermain bareng anak-anaknya. Mereka juga mengalokasikan waktu khusus, misalnya untuk sekadar jalan-jalan ke taman dekat rumah atau liburan bareng keluarganya.
Karenanya tak heran jika sekarang Anda bisa melihat para ayah menemani anak di playground, menjemput di daycare, didandani ala princess oleh putrinya atau menikmati bongkar-bongkar mobil bersama anak laki-lakinya.
Ayah milenial lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus anak dibandingkan ayah dari generasi sebelumnya. Penelitian Pew Research di tahun 2015 menunjukkan, rata-rata ayah menghabiskan waktu sekitar 9 jam per minggu untuk mengurus anak-anak.
Mereka mau membantu ibu memandikan anak, menyuapi, mengajak main dan aktivitas lainnya. Tapi 48 persen di antara para ayah merasa waktu mereka buat keluarga belum cukup banyak. Di sisi lain, mereka mengaku, ibu masih lebih baik dalam hal mengurus anak-anak.
Kalau dahulu, ada anggapan ‘ayah bekerja, sementara ibu mengurus anak dan rumah tangga’. Tapi untuk ayah milenial, gender stereotype semacam ini sudah jadi cerita lama. Dalam situs Romper disebutkan, ayah masa kini sudah tidak bersikap saklek atau terpaku dengan pembagian tugas laki-laki dan perempuan. Mereka tak akan segan mengurus pekerjaan rumah, belanja ke supermarket dan mengerjakan tugas-tugas lain yang biasa dikerjakan para ibu.
Kebanyakan ayah milenial lebih menghargai keberadaan istri atau pasangannya. Mereka sadar sulitnya pekerjaan ibu dalam mengurus anak-anak dan semua kebutuhan rumah tangga. Para ayah juga lebih menghargai kebutuhan pasangan, misalnya saat istrinya butuh me time, ayah bakal sukarela gantian menjaga si Kecil.
Selain itu, ayah juga memberi keleluasaan ibu untuk aktualisasi diri. Seperti dengan membolehkan pasangannya bekerja atau melakukan sesuatu di samping mengurus anak. Ayah milenial menyadari pentingnya menghargai dan memberi dukungan ke pasangan, demi kebahagiaan mereka bersama.
Jika diperhatikan belakangan ada banyak ayah milenial yang bangga bercerita tentang perjalanan mereka sebagai ayah. Buktinya, tidak sedikit ayah yang mem-posting foto anaknya dan bercerita lewat caption yang mereka tulis. Atau saat ia bertemu teman-temannya, ada saja selipan cerita tentang anak dan keluarga di tengah obrolan mereka. Bagi mereka menjadi seorang ayah adalah sebuah identitas.(rna)