816Agent
816WIN

Senin, 11 November 2019

Anak Kecil Batasi Pertemanan Karena SARA, Apa yang Salah?


Anak Kecil Batasi Pertemanan Karena SARA, Apa yang Salah?

Pemerhati sekaligus pegiat perlindungan anak Roostien Ilyas menyatakan, pentingnya pencegahan radikalisme sejak dini. Menurut dia, pembelajaran toleransi di Tanah Air mengalami kemunduran.
Contoh kecilnya terjadi dalam keseharian pelajar Taman Kanak-kanak (TK) sederajat. Dia mengaku heran, ada anak yang belum masuk ke Sekolah Dasar (SD) sudah membatasi pertemanan karena berbeda agama maupun jenis kelamin.
"Ini di Jakarta saja, mereka (anak-anak) sudah diajarkan bahwa aku muslim, kamu enggak muslim, sampai anak kecil-kecil itu mau keluar kelas saja dia mengintip, oh enggak mau ah, ada cowok, kan bukan muhrim, kayak gitu," ujar dia dalam diskusi 'Kupas Tuntas Gerakan Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di Indonesia' di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (10/11).
"Itu bayangin saja, anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), saya sampai ya ampun kok sampai gitu," dia menambahkan.

Pendidikan Toleransi Alami Kemunduran

Menurut dia, pembelajaran toleransi di sekolah untuk anak usia dini sudah sangat mengalami kemunduran. Dia mengaku, pembelajaran toleransi pada zaman saat dia kecil tak ada batasan seorang anak kecil untuk bermain.
"Belum lagi anaknya nanya ke Ibu-nya, Bu boleh enggak saya main sama dia, tapi dia itu Kristen, dia China," kata Roostien.
Dia meminta agar di sekolah untuk anak usia dini maupun Sekolah Dasar (SD) diajarkan toleransi agar tertanam jiwa menyayangi antar sesama.
"Kalau di rumah mungkin diajarkan dia intoleransi, kita enggak tahu orangtua masing-masing, tapi kalau di sekolah, dia ajarkan toleransi itu akan terbawa ke rumah juga. Kalau dua-duanya (rumah dan sekolah) enggak (mengajarkan) toleransi, repot kita," kata dia.

Benahi Hubungan Sosial

Sementara menurut Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola bicara terkait radikalisme yang terjadi karena kurangnya pehamanan keagamaan. Selain itu, ia juga meminta agar sesama bangsa Indonesia memperbaiki hubungan sosial di masyarakat.
Dimulai dari hubungan antar tetangga di rumah. Satu sama lain diminta untuk bisa menerima perbedaan yang lumrah terjadi antar sesama makhluk sosial.
"Yang paling dasar bagaimana kita membenahi hubungan-hubungan ketetanggaan kita, hubungan di tempat kerjaan kita, hubungan antar kelompok di antar sekolah-sekolah itu, membenahi di organisasi-organisasi supaya orang bisa menerima yang berbeda," kata Tamrin.

Related Posts: