
Danau Labuan Cermin, sudah jadi destinasi kesohor bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Danau dua rasa di pesisir Bidukbiduk itu, benar-benar memesona. Beningnya air, menggoda siapa saja yang berkunjung untuk berenang. Tapi, Labuan Cermin terlarang bagi wanita haid.
merdeka.com berkesempatan berkunjung ke Labuan Cermin, yang berjarak tidak kurang 220 km jalan darat dari Tanjung Redeb sebagai pusat pemerintahan kabupaten Berau.
Tiba di dermaga, mesti menyewa kapal motor bertarif Rp 100 ribu per kapal, belum termasuk asuransi Rp 3.000 per orang penumpang. Diperlukan waktu 15-20 menit menuju Labuan Cermin.
Labuan Cermin membuat begitu takjub. Dikelilingi hutan lebat khas tropis, air danau 2 rasa air asin di bagian dasar dan air tawar di permukaan begitu unik karena menjadikannya terlihat begitu bening. Bahkan, seolah bisa menjadikannya untuk becermin.
Di dermaga, pengunjung lebih dulu melihat plang peringatan bagi wanita haid, dilarang mandi dan berenang di Labuan Cermin. Itu menjadi peringatan, agar pengunjung utamanya wanita, mesti patuh dengan aturan itu.
"Dari kita, pengelola, sudah ingatkan lagi supaya wanita haid tidak berenang," kata Ahmad (57), warga kampung juga salah seorang pengelola Labuan Cermin, saat berbincang bersama di Labuan Cermin, Rabu (6/11).
"Kenapa ada larangan itu, untuk menghindari air kotor," ujar Ahmad.
Dikelola Profesional
Sepuluh tahun terakhir ini, Labuan Cermin dikelola profesional sehingga menghasilkan pendapatan daerah bagi Pemda. "Dulu, tahun 2013, masih dikelola biasa saja oleh warga di sini. Ada ide dari TNC dan WWF, bagaimana kalau Labuan ini dikembangkan. Jadilah sekarang, badan masyarakat kampung yang mengelola," sebut Ahmad.
Seiring waktu, dengan keindahan air danau 2 rasanya, Labuan Cermin semakin terkenal. Turis negara-negara Asia, dan Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Perancis, merasakan takjubnya dengan Labuan Cermin.
"Hutan lindung seluas 2.000 hektare, kami jaga, tidak boleh diganggu untuk apapun. Kegiatan apapun, tidak boleh di sekitar Labuan Cermin. Karena kami khawatirkan mengganggu kualitas air danau," ungkap Ahmad.
"Di sini, selain Labuan Cermin, sedang dikembangkan untuk wisata treking alam. Ada jalur treking 1.800 meter keliling Labuan, sedang dibangun. Rencananya, tahun depan dibuka untuk umum. Ini untuk menambah daya tarik Labuan Cermin. Karena saat treking, bisa kita temui satwa khas Kalimantan, 5 jenis monyet," terang Ahmad.
Ahmad menerangkan, dia dan warga kampung ingin terus menjamin keselamatan pengunjung. Oleh karena itu, selama ini, belum ada korban meninggal akibat tenggelam di Labuan Cermin.
"Pintar berenang pun, kita minta harus pakai pelampung atau life jacket. Kita utamakan keselamatan semua pengunjung di sini," pungkas Ahmad.