816Agent
816WIN

Senin, 02 Maret 2020

Nestapa WNI Tertinggal di Wuhan Bertahan dari Ancaman Corona, Berteman Ikan & Kecoa

Nestapa WNI Tertinggal di Wuhan Bertahan dari Ancaman Corona, Berteman Ikan & Kecoa

"Saya itu pengin banget merasakan kehadiran makhluk di sini, mosok demit saja enggak ada."
Begitulah keinginan paling mendalam yang dirasakan Humaidi Zahid (28) mahasiswa Indonesia yang masih berada di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Humaidi satu dari sekian WNI yang masih tertinggal di kota yang kini berstatus lock down itu.
Padahal, semenjak Kota Wuhan diisolir 23 Januari 2020 lalu, tanggal 2 Februari 2020 merupakan hari yang paling ia tunggu-tunggu. Yah, pada tanggal itu Pemerintah Indonesia mengirimkan tim untuk mengevakuasi WNI yang berada di kota yang hampir mati tersebut.
Sayangnya, Humaidi terganjal pemeriksaan kesehatan di Bandara Wuhan.
"Kan waktu itu semua harus isi formulir, di kolom kesehatan saya centang kolom batuk. Harapannya ya enggak mau ngerepotin temen-temen, barang kali nanti di pesawat dapat tempat duduk khusus," ujar Omed, sapaan akrabnya saat berbincang dengan Liputan6.com melalui media sosial belum lama ini.
Omed tak sendiri. Saat itu ada tiga mahasiswa, termasuk dirinya, yang tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara. Setelah tiga kali diperiksa secara berkala, ketiganya akhirnya dilepas. Namun sayang, pesawat yang menjemputnya sudah terbang pulang ke Indonesia.
"Setelah tiga kali dicek suhu, ternyata suhu kita bertiga itu normal. Andaikan pesawat itu masih menunggu, mungkin kita bertiga masih bisa ikut pulang ke Indonesia," katanya.

Terkulai Lemas Kembali ke Asrama

Terkulai lemas, Omed dan dua temannya pun dikembalikan ke asrama kampusnya. Hingga kini, mereka hanya bisa menghabiskan hari-harinya di dalam asrama mahasiswa tanpa tahu kepastiannya kapan akan berkumpul dengan keluarga di tanah air.
"Awalnya ya nggak kuat. Awakku jomplang (tubuhku jatuh). Semua pintu kamar (asrama) saya gedor-gedor, tapi sepi," ucap Omed.
Omed kesepian. Dari puluhan pintu yang digedor, hanya ada dua jawaban. Namun dua penghuni yang tersisa itu tak berani keluar kamar. Mereka ketakutan berada di bawah bayang-bayang virus yang mematikan. Bahkan sekedar interaksi dengan orang-orang sehat di sana, mereka takut.
Kini Omed mulai menguatkan hatinya. Dia belajar menerima keadaan. Meski perasaan sepi terus menggelayutinya.
"Saya tiap salat itu niatnya imaman (jadi imam), barang kali ada yang mau ikut. Saya itu pengin banget merasakan kehadiran mahluk di sini, mosok demit saja enggak ada," selorohnya.
Omed kini hanya berteman dengan ikan-ikan, keong, dan kecoa yang ada di akuarium kamarnya. "Kecoa ada itu di atas akuarium. Ini sengaja enggak saya bersihkan, biar tambah banyak keongnya yang muncul," katanya sambil memperlihatkan akuarium yang mulai dipenuhi lumut.
Hari-hari Omed di Wuhan dihabiskan dengan mengurung diri di dalam kamar. Dia hanya sesekali keluar kamar, turun ke lobi asrama hanya untuk mengambil makanan atau logistik yang disediakan kampus.
"Alhamdulillah (kondisi sekarang) sehat. Kalau kondisi kesehatan baik-baik saja, cuma ya mental ini kadang naik turun, namanya berada di dalam kondisi seperti ini," ujar alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Kini hanya doa yang terus mereka panjatkan agar Wuhan dan kota-kota lain yang terdampak virus corona segera pulih. Mereka juga berharap pemerintah membukakan akses agar bisa keluar dari Kota Wuhan dan kembali berkumpul dengan keluarga di Indonesia.

Pemerintah Didesak Pulangkan 4 WNI Tertinggal di Wuhan

Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh P Daulay mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan empat mahasiswa Indonesia yang masih tertinggal di Wuhan, China.
"Saya mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengevakuasi mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan. Saya mendengar masih ada empat orang mahasiswa yang luput dari evakuasi," kata dia kala kepada Liputan6.com, Sabtu (29/2).
Anggota dewan dari fraksi PAN itu meminta pemerintah untuk segera mencari informasi mengenai keberadaan dan kondisi dari keempat mahasiswa tersebut.
"Mereka ini kan sebenernya orang-orang sehat. Dan mereka juga bersedia dipulangkan dan mereka bersedia mengikuti seluruh peraturan observasi. Oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah kita mencarikan jalan untuk memulangkan mereka ke tanah air," ucapnya.
Daulay menilai, di tengah ancaman wabah virus mematikan ditambah sesama warga Indonesia telah banyak yang pulang, maka saat ini mereka yang tertinggal menghadapi beban psikologis yang begitu berat.
"Masing-masing orang kan dengan suasana seperti ini sebetulnya kan panik. Tentu mahasiswa kita juga," tandasnya.
Untuk diketahui, pemerintah RI telah memulangkan ratusan WNI dari Kota Wuhan, China terkait wabah virus corona atau COVID-19 pada 2 Februari 2020 lalu. Namun dari total 245 WNI yang terdata, hanya 238 orang yang bisa dibawa pulang ke tanah air.
Tujuh orang yang tersisa, tiga di antaranya lantaran tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara Wuhan. Sementara tiga lainnya tidak mau dievakuasi dan memutuskan bertahan. Sedangkan satu mahasiswa lainnya tak tersentuh tim evakuasi lantaran tengah berlibur di suatu desa terpencil di China.
Pemerintah mengklaim terus memantau kondisi semua WNI yang tersisa di Wuhan. Pemerintah memastikan, kondisi mereka sehat dan aman.