
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Widyastuti menyampaikan, penderita demam berdarah terbanyak ada di kecamatan Kalideres dengan 104 orang. Disusul Cengkareng dengan 60 orang dan Jagakarsa 51 orang.
"Penderita di Kecamatan Cipayung sebanyak 41 orang dan di Kebayoran Baru sebanyak 39 orang," tutur Widyastuti saat dihubungi, Jumat (1/2).
Widyastuti menyebut, pendataan wilayah rawan demam berdarah terus dilakukan dengan maksimal. Dia menilai upaya antisipasi dengan fogging dirasa belum cukup menangkal penyebaran penyakit tersebut.
"Iya (enggak efektif). Kita sampaikan warga fogging itu bukan untuk pencegahan," jelas dia.
Menurutnya, fogging yang dilakukan dengan intens dapat membuat nyamuk menjadi lebih kebal dengan asapnya. "Kayak obat kalau diminum tanpa indikasi yang kuat lama-lama nyamuk itu bandel," kata Widyastuti.
Untuk pencegahan demam berdarah, pihaknya berupaya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat menggunakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) hingga media sosial. Isinya terkait waspada penyakit demam berdarah berikut pengendaliannya yakni lewat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
"Peningkatan sistem kewaspadaan dini penyakit DBD melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis rumah sakit," terang Widyastuti.
Masyarakat juga diimbau turut menyebarluaskan informasi tersebut dan diminta aktif melakukan upaya pengendalian demam berdarah lewat 3 M. Yaitu menguras, menutup dan mendaur ulang tempat nyamuk berkembang biak.
Tidak ketinggalan, pihaknya mengimbau warga rutin memeriksa jentik bersama Juru Pemantau Jentik (Jumantik) minimal seminggu sekali.
"Serta pemutusan mata rantai penularan dengan fogging fokus pada kasus DBDdengan hasil Penyelidikan Epidemiologi positif," Widyastuti menandaskan.
Reporter: Nanda Perdana Putra