
"Kekurangan air akibat musim kemarau panjang. Tanahnya jadi pecah dan tanaman padi layu serta kering tidak berisi," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultural Dinas Pertanian Kabupaten Kendal Pandu Rapriat Rogojati, Jumat (6/9).
Tanaman yang gagal panen tersebut tersebar di lima kecamatan, yaitu Rowosari, Sukorejo, Kangkung, Patebon dan Brangsong.
Untuk di Kecamatan Sukorejo, menurut data yang masuk ada 25 hektare tanaman jagung yang gagal panen. sedangkan untuk Kecamatan Rowosari ada 50 hektare yang sudah gagal panen atau puso, dan 4 hektare terancam puso.
"Di Patebon ada 4 hektare yang puso dan 96 terancam puso. Sedangkan yang paling berat di Kangkung 49 hektare dan Brangsong 10 hektare puso berat," tuturnya.
Pihaknya saat ini sedang melakukan pengerukan saluran irigasi menggunakan alat berat. Hal ini dilakukan karena sedimentasi tanah sangat tinggi sehingga air tidak bisa mengalir ke sawah.
"Pengerukan ini bertujuan agar sedimentasi tanah bisa turun dan air bisa mengalir lagi," lanjutnya.
Ia juga mengimbau kepada para petani untuk ikut mengasuransikan tanaman padinya, sehingga saat gagal panen bisa mendapatkan ganti rugi.
"Dengan Asuransi Usaha Tani (AUTP) tersebut minimal biaya garap sawah bisa tertutup," ungkapnya.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Kendal (Gapoktan) Tardi mengaku dalam satu hektare biasanya dapat menghasilkan tujuh ton gabah basah. Namun saat kekeringan seperti ini satu ton saja tidak ada.
"Kami merugi hampir ratusan juta. Akibat tidak ada air untuk mengairi sawah," tutup Tardi.