
Sebab, keduanya hanya bisa terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur, lantaran separuh tubuhnya ke bawah lumpuh. Ironisnya, mereka ternyata juga kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil.
Almarhum sang ayah, Towi (60) dan ibunya, Supini (56), meninggal dunia sejak keduanya masih kecil. Alhasil, kedua remaja kembar ini pun berstatus sebagai yatim piatu.
Sulikhah (51), sang bibi ini lah yang kini merawat kedua remaja kembar tersebut. Sulikhah merupakan adik kandung dari sang ibu.
Mereka kini tinggal di sebuah rumah petak berukuran sekitar 3x3 meter saja, di Jalan Srengganan Gang 3 RT 6, RW 7, Surabaya kawasan utara. Mereka memang hanya tinggal bertiga, lantaran sang bibi hingga kini belum menikah.
Bukan tanpa alasan, sang bibi sepanjang hidupnya banyak menghabiskan waktu untuk merawat si kembar. "Iya belum menikah," ungkapnya, Kamis (11/7).
Sulikhah lantas bercerita perihal sang keponakan. Sejak dilahirkan hingga berumur sekitar 8 bulan, mereka terlihat seperti bayi normal. Tidak ada yang aneh dengan tumbuh kembang keduanya.
Namun setelah 8 bulan, Nur Laila kerap mengalami sakit panas tinggi. Berawal dari situlah, tumbuh kembang Nur Laila mulai terganggu. Kondisi tersebut, rupanya disusul oleh Nur Laili.
Tidak seperti bayi pada umumnya, hingga berumur 1 tahun lebih, keduanya tidak menunjukkan tanda-tanda bisa berdiri dan berjalan. Bahkan, aktivitas bicara kedua anak itu, juga mulai ikut berkurang.
"Awalnya karena sakit panas, lama kelamaan ada tumbuh benjolan di kaki Nur Laili. Pernah juga dibawa ke dokter, katanya gejala ginjal saat itu," kenangnya.
Tak ingin terjadi apa-apa dengan sang keponakan, Sulikhah mengaku terus mengobati si kembar. Mulai di bawa ke tukang pijat, hingga ke rumah sakit.
Namun, hasilnya tetap nihil. Bahkan, ada dokter yang mengatakan jika keduanya tidak mengalami penyakit apapun. Hal itu tentu saja sempat membuatnya bingung. Namun, ia mengaku tak pernah putus asa untuk mengupayakan kesembuhan si kembar. Hingga kini, kedua masih menjalani berbagai pengobatan hingga terapi fisik.
"Saya bingung anak ini punya penyakit apa. Sudah 4 tahun saya bolak balik rumah sakit. Tapi sampai sekarang belum tahu penyakitnya apa," tambahnya.
Lantas, dari mana ia membiayai pengobatan dan hidupnya selama ini, Sulikhah mengaku jika ia punya usaha jualan nasi aking dan kerupuk.
Namun ia mengakui, jika usaha tersebut tak cukup untuk menyambung hidup. Ia pun tak segan menggadaikan barang-barang di rumahnya, bahkan hingga bajunya yang layak pakai juga terpaksa pernah ia gadaikan hanya untuk sekadar menyambung hidup.
"Saya jualan nasi aking dan ngirim kerupuk. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Sebab, saya juga tidak bisa meninggalkan rumah lama-lama dengan kondisi si kembar seperti itu (sakit)," tegasnya.
Kini, ia hanya berharap bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah, terutama untuk kesembuhan kedua keponakannya. "Ya saya hanya berharap keduanya bisa sembuh saja," ujarnya.