
Setiap hari, dia menyisihkan hasil penjualan nasi uduk. Mulai Rp10.000 hingga Rp50.000 perhari. Hingga akhirnya setelah sembilan tahun menabung, dia bisa berangkat menuju Baitullah.
"Menabung selama 9 tahun dari hasil jual nasi uduk, setiap hari diusahakan menabung baik kecil maupun besar," katanya.
Neneng mengakui, bukan hal mudah untuk bisa mengumpulkan uang yang jumlahnya besar agar bisa menunaikan rukun islam ke-lima tersebut. Pasalnya penghasilan sebagai penjual nasi uduk sangat tidak menentu. Lagipula tidak setiap hari dagangannya laris.
Semangat Neneng tak surut. Dia tetap yakin dengan niatnya itu. Hingga akhirnya pada tahun 2011 lalu dia nekat mendaftar meski hanya memiliki uang sebesar Rp 5 juta.
"Soal rumah saya reot dan jelek tak jadi masalah, yang penting saya bisa naik haji," ujar dia.
Neneng juga menceritakan pahit getirnya berjualan nasi uduk. Karena banyaknya warga lain yang berjualan jenis makanan yang sama. Sehingga pendapatannya kian merosot dan sempat membuat dirinya khawatir jika niatnya berhaji tidak terlaksana.
"Walaupun penghasilan berkurang, akhirnya mampu melunasi seluruh biaya pemberangkatan ke Tanah Suci," ucap Neneng.
Neng Hartati Endit, berangkat ke tanah suci tergabung dalam kloter 75 Bekasi, dan akan diterbangkan pada 29 Juli 2019.