
"Nah kenapa remnya kok bisa blong, itu kita lagi selidiki kemungkinan nanti kita melakukan dengan metode energi kita pengaruh overload yang diangkut itu 37 ton muatnya harusnya 12 ton overload-nya sekitar 25 ton," kata Soerjanto di Jakarta, Jumat (6/9). Dikutip dari Antara.
Dengan kelebihan muatan sedemikian berat, Soerjanto meyakini dapat mempengaruhi ke kemampuan rem. "Saya yakin overload yang segitu banyak akan berpengaruh ke kemampuan rem dari truk itu," lanjutnya.
Kampas rem yang panas akan mengubah dari padat menjadi gas, sementara itu apabila mengangkut lebih banyak muatan, daya cengkramnya akan semakin menekan kampas dan semakin panas. Kampas semakin panas akan semakin menguap dan berkurang, hal itu diduga yang menjadikan rem blong.
"Karena daya geseknya berkurang karena panas, jadi seolah-olah seperti blong," lanjut Soerjanto.
Berdasarkan keterangan saksi, truk terguling lantaran tidak bisa mengerem dan akhirnya banting setir karena kelebihan muatan.
"Truk yang kedua ini tahu ada mobil berhenti karena truk terguling dia berusaha ngerem namun remnya sudah mengalami panas yang berlebih, sehingga juga tidak efektif sehingga menabrak mobil," urainya.
Untuk itu, Ia sudah mengirimkan surat kepada Setneg, Kemenhub dan Kementerian BUMN agar tidak menggunakan truk ODOL untuk proyek pemerintah.
"Seharusnya kita pemerintah jadi contoh untuk proyek pembangunan tol, pelabuhan dan bandara tidak menggunakan truk ODOL," sarannya.
Soerjanto menyebutkan sejak 2012 sudah lebih dari 30 kecelakaan terinvestigasi yang disebabkan karena truk ODOL. "Truk ini mau enggak mau sejak masalahnya overload, kemudian rem blong dan masuk kota yang membuat 10 meninggal. Kemenhub harus serius dengan ketentuan truk odol," pungkasnya.