816Agent
816WIN

Senin, 22 April 2019

Sejarah Dubai, Bermula dari Desa Nelayan jadi Salah Satu Kota Terkaya Dunia

Sejarah Dubai, Bermula dari Desa Nelayan jadi Salah Satu Kota Terkaya Dunia50-60 Tahun lalu, tak ada yang membayangkan kota metropolis yang luar biasa itu hanya sebuah gurun pasir. Ratusan tahun penduduknya menetap di sebuah pemukiman kecil di tepian sungai. Menyambung hidup menjadi nelayan dan penyelam mutiara.

Catatan tertua yang menyebut Dubai adalah pada 1095 dalam Buku Geografi karya geografer Arab-Andalusia Abu Abdullah al-Bakri. Pedagang mutiara Venesia Gaspero Balbi mengunjungi area ini pada 1580 dan menyebut Dubai atau Dibei untuk industri mutiaranya.
Di sinilah Maktoum bin Butti dari suku Bani Yas memimpin orang-orangnya ke Semenanjung Shindagha di muara Dubai Creek tahun 1883. Mereka kemudian menetap di sana dan mendeklarasikan kemerdekaan kota itu dari Abu Dhabi. Hingga saat ini Dinasti Maktoum masih berkuasa di Dubai.
Titik balik Dubai terjadi tahun 1950an, saat minyak pertama kali ditemukan. Emas hitam itu mengubah wajah Dubai selamanya.
Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum memulai perkembangan Dubai mengubah kota itu dari kluster hunian kecil dekat Dubai Creek menjadi kota pelabuhan modern dan pusat perdagangan.
Sheikh Rashid mulai mengembangkan infrastruktur yang akan mendukung tujuan Dubai untuk menjadi pusat perdagangan terkemuka. Pelabuhan Rashid, Pelabuhan Jebel Ali, Dubai Drydock, pelebaran Dubai Creek, dan Dubai World Trade Centeradalah beberapa proyek besar yang diselesaikan saat itu.
Pada tahun 1971, Uni Emirat Arab dibentuk untuk menjaga kemakmuran area tersebut. Ada tujuh Emir yang bergabung dalam UEA. Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qawaoin.
Dubai tak berpuas diri dengan minyak. Ambisi Sheikh Rashid menjadikan Dubai kota perdagangan, industri dan tujuan wisata kelas dunia. Pemimpin yang visioner itu sadar, suatu hari minyak akan habis.
"Kakek saya mengendarai unta, ayah saya mengendarai unta, saya mengendarai Mercedes, putra saya mengendarai Land Rover, putranya akan mengendarai Land Rover, tapi putra dari putranya akan mengendarai unta," ujar Sheikh Rashid, mengatakan pada orang-orang bahwa minyak tidak abadi.
Tahun 1994, dibangun Burj Al Arab. Gedung setinggi 321 meter di pulau buatan Teluk Persia yang pernah menjadi ikon Dubai. Burj Al Arab disebut sebagai hotel paling mewah di dunia.
Namun Dubai tak puas dengan itu, tahun 2004 dibangunlah sebuah gedung pencakar langit paling tinggi di dunia. Cuma butuh lima tahun untuk merampungkannya. Inilah Burj Khalifa, gedung setinggi 828 meter.
"Kata tidak mungkin, tidak ada dalam kamus di Dubai," kata Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, penguasa Dubai saat ini. Dan dia benar-benar membuktikannya.
Tahun 1991, Dubai hanya punya satu gedung pencakar langit. Kini tak kurang ada 400 gedung tinggi menjulang di Dubai.
Selain pembangunannya, menarik pula menengok beragam etnis di Dubai. Menurut sensus tahun 2018 lalu, penduduk Dubai berjumlah sekitar 3,1 juta orang. Penduduk asli, yang biasa disebut Emirati, kurang dari 20 persennya.
"Masyarakat Dubai terdiri dari banyak etnis dan latar belakang. Penduduk asli Emirati hanya 20 persen. Sisanya adalah mereka yang memilih Dubai sebagai tempat tinggal dan mencari nafkah," kata CEO Dubai Tourism Issam Kazim 
Semua itu membentuk Dubai menjadi kota yang multikultural dan penuh toleransi. Banyak orang tertarik untuk datang dan berinvestasi karena situasi keamanan yang kondusif.
"Di sini sangat aman. Coba anda tinggalkan ponsel anda di meja saat makan siang. Ponsel itu akan tetap di sana, malah mejanya yang sudah diduduki orang," candanya.
Ingin lebih banyak tahu soal Dubai? Simak perjalanan merdeka.com di Kanal Travel. Selamat membaca.