
Ketua Umum IKOHI, Wanmayetti mengatakan, dari 23 orang yang menjadi korban penculikan, 9 dikembalikan dalam keadaan telah disiksa, 1 meninggal dengan luka tembak dan siksaan, dan 13 lainnya masih tidak diketahui keberadaannya.
"Disahkannya Prabowo Subianto, terduga kuat pelaku penghilangan paksa aktivis demokrasi 1997-1998 sebagai calon presiden sesungguhnya telah melukai martabat para korban pelanggaran HAM dan keluarganya," tutur Wanmayetti di Hotel Grand Cemara, Menteng, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
"Oleh karena itu, demi terus memperjuangkan hak, harkat, dan martabat korban dan keluarga korban pelanggaran HAM, IKOHI bersikap bahwa capres pelanggar HAM harus dikalahkan," lanjutnya.
Wanmayetti berharap, hak para keluarga dan korban juga akan terus diperjuangkan bila Jokowi kembali terpilih sebagai presiden.
Selain itu, ibu dari korban meninggal Leonardus Nugroho alias Gilang, Budiarti mengatakan, ia masih belum mendapat kejelasan akan apa yang dilakukan oleh anaknya hingga harus terbunuh dalam peristiwa penculikan tersebut.
Budiarti menegaskan, ia pun akan memilih Jokowi-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019 nanti.
"Kebetulan dengan pemilihan presiden, saya sering aktif ketemu Pak Jokowi sewaktu masih di Surakarta dan saya merasakan kasih sayang Pak Jokowi dengan masyarakat. Saya berharap teman-teman semua jangan sampai memilih pemimpin pelanggaran HAM, karena sebelum jadi presiden saja sudah semena-mena dengan rakyat kecil seperti pada anak saya," tutur Budiarti.
"Saya berdoa jangan sampai Prabowo jadi pemimpin negara ini," tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Pemenangan Nasional (BPN) capres-cawapres Prabowo-Sandi, Hanafi Rais menanggapi isu penculikan yang melibatkan Prabowo ini selalu bergulir jelang Pilpres.